The Fact About gubukjudi That No One Is Suggesting

Arghus pun mendekat menjulang di hadapan wajah anak yang bahkan sudah tidak berdaya itu. Nafas busuknya yang menjanjikan kematian, membuat Cloud tidak sudi membuka matanya lagi. Ia pun membiarkan takdir menentukan kematiannya dan berhenti berteriak-teriak.

“Sepertinya aku perlu berterimakasih.” Ucap Cloud ketika mendapati perban-perban putih itu dipenuhi noda merah yang berusaha menembus keluar.

Tidak ada gunanya menolong seseorang jika tidak /benar-benar/ menolongnya. Bagi Sephiroth, jika /memang/ ingin melakukan sesuatu, sebaiknya tidak setengah-setengah. Ia pun memandang kembali ke arah Cloud lalu perlahan mengusap air mata yang mengalir di sepanjang pipi anak di hadapannya.

Sebuah kalung. Cloud jujur saja mengalami kesulitan jika harus membawa bulu itu kemana-mana, terkadang disisipkan ke dalam kantongnya pun, bulu itu terkadang bisa hilang ketika dalam misi. Jadi, ia memutuskan daripada ber-dilemma dengan dirinya sendiri yang kemungkinan bisa membawanya ke dalam tahap sakit jiwa, lebih baik mengisinya dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Lesta tersenyum. “Aku tidak bisa begitu saja membiarkan seseorang dengan luka separah itu pergi begitu saja—bahkan bila ia nantinya masih mampu berdiri.” Jawabnya.

…gua hitam yang menjadi sarang besar laba-laba itu sudah terlihat. Cloud tidak menyangka perjalanan menyusuri sabana sudah selesai begitu cepat. Dan sarang Iblis yang ia incar sudah ada di depan mata.

Derap langkah kaki memotong masuk, suara klentingan sepatu berbahan baja terdengar begitu jelas diiringi suara gesekan baju zirah. Sekitar sepuluh tentara berbaju zirah emas diselimuti batu-batu permata melangkah masuk. Mereka berjalan beriringan membentuk dua deret baris, kedua prajurit yang berdiri memimpin barisan memegang erat kedua lengan tahanan yang mereka kepit di antara barisan. Tahanan itu memakai jubah merah panjang—tanda bahwa ia berasal dari kontinen iblis. Sepertinya ia ada urusan ketika ia segera saja terjatuh dan memasang pose berlutut hingga kepalanya menyentuh lantai begitu sampai di tengah ruangan.

…Sayangnya terlambat, Cloud bisa melihat dari tatapan kaget dan bingung yang mereka berikan, mereka /belum/ siap. Cloud hanya bisa berharap mereka mengerti dan segera menyingkir sepertinya.

Ia bisa melihat Sephiroth berlari melewatinya, menembusnya, seolah dia bayangan yang tak terlihat. Dan di gendongannya tidak lain dan tidak bukan adalah…

Pria pirang berpakaian necis putih itu hanya berdiri tanpa ekspresi di depan pintu Zack. “Ramalannya sudah get more info dimulai. Cloud pasti sudah mulai kehabisan ‘waktu’.”

Sephiroth tanpa berkata apa-apa perlahan mengambil tangan Angeal dan menyerahkan kunci transparan itu padanya. “Sephiroth…”

Pelontar api melesat lagi, kali ini bukan panah lagi yang digunakan, tapi bongkahan batu yang telah disirami minyak… Sepertinya serangan ini bertujuan untuk melumat habis langsung Roh Penjaga yang semakin lama semakin lemah, dilihat dari banyaknya luka yang telah menghiasi tubuh para raksasa batu milenium itu.

Di sekian detik itu, Cloud berteriak seolah baru hidup. Dengan mengerahkan seluruh sisa tenaganya, ia pun dengan terengah-engah berusaha mematahkan gembok besi yang mengeblok satu-satunya jalan yang ia punya untuk keluar.

Kefka mengindikkan bahu. “Tidak tahu. Tetapi tentunya manusia akan kehilangan banyak hal dalam serangan ini. Aku sudah melihat seberapa banyak pasukan yang akan dikirimnya. Jumlahnya mematikan dan ditambah dengan serangan susulan gelombang pertama Peranakan…”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *